BUDAYA
Semua
orang mungkin tidak merasa asing lagi jika mendengar kata budaya, khususnya
bagi kita yang berstatus warga Negara Indonesia. Sebagai warga Negara yang baik
kita seharusnya tahu bahwa Negara kita ini merupakan salah satu Negara yang
memiliki budaya terbanyak, Negara yang memiliki ratusan lebih suku –suku yang
melahirkan budaya yang berbeda – beda, ya benar sekali, inilah Indonesia.
Saya
tidak akan membahas seluruh budaya yang ada di negeri kita ini karna
keterbatasan waktu penulis, juga tanpa mengurangi rasa hormat akan budaya
lainnya yang ada, kali ini penulis akan menyampaikan informasi berkaitan tentan
budaya yang ada di lingkungan (khususnya tempat tinggal) penulis sendiri, yakni
Tangerang Selatan.
TANGERANG
SELATAN
Yup!
Benar sekali, tangerang selatan adalah salah satu kota dibawah naungan Provinsi
Banten. Kota kecil yang berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta ini,
memiliki budaya yang unik akibat pertemuan antara dua provinsi yang berbeda. Dimana
memiliki tradisi/budaya sunda yang dibwa dari Banten (dahulu masih tergabung
dengan Jawa Barat), juga memiliki budaya Betawi yang dibawa dari Provinsi DKI
Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh masyarakat
yang saya jumpai, berikut adalah tradisi yang pernah ada di Tangerang Selatan
dari dahulu hingga sekarang :
Ø Nyampun
Salah
satu budaya yang berasal dari Sunda (parahyangan), yakni dimana setelah akad
dalam pernikahan, diadakan semacam acara pelemparan (beras, uang, hingga
kembang), dimana para hadirin (tamu) yang datang berlomba – lomba untuk
mengumpulkannya.
*Dalam
adat jawa, dikenal dengan acara sungkeman, namun dengan cara yang sedikit
berbeda.
Lalu
setelah acara selesai, dan masuk kedalam acara pesta, para tamu memasukan uang
atau yang biasa disebut dengan nyempal pengantin ke dalam
wadah yang dibalut dengan kain dan ditempatkan didepan pasangan yang menikah
tadi.
Ø Palang pintu
Salah
satu budaya yang berasal dari betawi (rawa belong) atau biasa disebut dengan Buka
palang pintu, adalah
salah satu prosesi yang selalu hadir dalam upacara pernikahan Betawi. Prosesi
ini selalu dimulai dengan iring-iringan calon pengantin pria menuju kediaman
calon pengantin wanita dengan diiringi oleh shalawat Nabi dan musik Betawi
Robana Ketrimpring, lalu keluarga pihak pria berbalas pantun dengan keluarga
wanita dan dilanjutkan dengan pertarungan silat antar wali dari masing – masing
pihak keluarga, umumnya keluarga pihak pria akan menang, dan diizinkan masuk oleh
pihak wanita.
Maka
dari tradisi ini hanya sebagai ungkapan salam dari pihak pria, sebagai azas
betawi sebelum tamu masuk ke-kediaman orang lain.
*bagi
yang ingin melihat bagaimana acara ini berlangsung, dapat mengunjungi link : https://www.youtube.com/watch?v=OvkWkZCnrSs
Ø Ngebesan
Dalam prosesi
pernikahan adat Betawi, dikenal istilah acara ngebesan atau ngerudat.
Acara ngebesan atau ngerudat adalah upacara akad nikah dan ijab kabul yang
dilaksanakan di rumah mempelai wanita.umumnya mempelai laki-laki mendatangi
kediaman keluarga mempelai wanita diiringi rombongan pengiring besar yang
terdiri dari keluarganya. Pada saat acara ngebesan atau ngerudat, rombongan
besar turut membawa barang antaran atau barang bawaan.
Barang antaran tersebut antara
lain terdiri dari :
· Sirih nanas.
· Kekudang
atau makanan kesukaan pengantin perempuan sejak masa kanak-kanak.
· Mahar
atau mas kawin.
· Shie
berupa kotak kayu segi empat dengan ukiran gaya Cina dan berisi sayuran.
· Seperangkat
idam-idaman yaitu bermacam buah-buahan yang ditempatkan dalam wadah berbentuk
perahu.
· Kue
pengantin.
· Berbagai
hadiah seperti perhiasan, kosmetik dan sandang lainnya.
· Miniatur
Mesjid berisi sejumlah uang belanja bisa juga miniatur berbentuk pohon atau
kapal yang dihias buah-buahan ranum.
· Roti
buaya
Di
tangerang selatan sendiri, acara ngebesan ini telah sedikit bercampur dengan
adat sunda, yang membuatnya unik adalah dengan membawa gotongan. Dimana yang
dibawa adalah kue yang disusun dengan anyaman daun kelapa, dan dibawa/digotong
oleh 2 orang bahkan lebih.
Makna
dari kegiatan ini sebagai acara silahturahmi juga melestarikan gotong – royong pada
situasi apapun.
Ø Festival “ngadu bedug”
Festifal
yang diadakan ketika menjelang 1 ramadhan dan hari lebaran. Dimana diadakan
sebuah festival bedug dan di tiap – tiap daerah mengirimkan wakilnya,
penyeleksian dilakukan dari tahap RT, RW, kelurahan, dan finalnya pada tingkat
kecamatan.
Acara
yang dimeriahkan dengan alunan bedug tiap tiap daerah, serta ramainya letusan petasan
menyemarakan suasanya yang meriah sekaligus menyenangkan dalam menyambut
datangnya hari hari suci menurut islam ini.
Maknanya
untuk memeriahkan suasana sebagai tanda menyambut datangnya bulan suci ramadhan
dan hari raya lebaran
Bagi
yang ingin mengetahui gambaran acaranya, bias mengunjungi link : https://www.youtube.com/watch?v=M8y4BhoyHJ8
Itulah hasil laporan yang penulis
dapatkan setelah mewawancarai beberapa tokoh masyarakat di lingkungan penulis. Yang
penulis gambarkan dalam laporan kali ini hanya sebatas gambaran besar yang
penulis dapatkan dari wawancara, bila ingin mengetahui lebih lengkap, pembaca
dapat mendengarkan hasil wawancara penulis yang penulis rekam, dan telah di
upload di : https://soundcloud.com/user295423832/wawancara
Juga tidak lupa penulis sampaikan
terimakasih sebesar – besarnya kepada seluruh narasumber akan informasi yang
penulis dapatkan. Last Word, jangan lupakan budaya, karna berkat budaya itu
kita bias berdiri hingga sekarang. Jaga dan lestarikan Budaya INDONESIA!!
Sumber :
Bapak H. Rusli (ketua
RT)
Bapak Sukardi (bang
kidon)
Serta para narasumber
lain yang tidak dapat saya sebutkan namanya, namun tanpa mengurangi rasa hormat
saya.
File wawancara : https://soundcloud.com/user295423832/wawancara
Web penunjang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar