Rabu, 22 Maret 2017

IAD #1 cerita rakyat

HI!

Selamat karna jika kamu pernah membaca blog terdahulu kami, pasti udah ga asing lagi sama kita. Kami Moch, G., dan Bach hadir lagi, namun pada mata kuliah yang berbeda. Jika sebelumnya kita bertemu pada IBD, maka kali ini kita bertemu pada kolom IAD atau Ilmu alamiah dasar.

Tentunya masih sama seperti dulu.

Untuk pembuka halaman di tahun ini, saya sendiri (G.) akan menyampaikan, menuliskan, menjabarkan, memberikan, dan pastinya sebagai laporan tugas pertama ini akan membawakan materi pertama, yakni cerita rakyat.

Please stay alert.


Cerita Rakyat

Apasih cerita rakyat itu? Cerita rakyat merupakan salah satu dari apa yang disebut folklore (dalam antropologi), berisi tentang sebuah cerita yang tidak diketahui siapa penulis/pembuatnya, namun dipercayai oleh masyarakat sekitar kebenarannya dimana cerita rakyat itu berasal. Cerita yang biasanya mengisahkan tentang asal usul suatu daerah, adat, hingga cerita yang hanya berisi wejangan dari pendahulu kepada generasi yang baru. Salah satu dari cerita rakyat yang akan saya ceritakan adalah cerita tentang “Si Dungu” yang berasal dari Sulawesi tenggara atau masyarakat muna.


Si Dungu



Sebelum saya mulai, mari kita tingkatkan fokus kita, dan mencoba berimajinasi sebentar di padatnya waktu dan jaringan ini. Saya minta anda untuk mencoba mencari ruang yang tenang dan memposisikan diri anda senyaman mungkin ketika membaca tulisan ini.

Baik kita mulai

Langkah pertama saya minta anda menarik nafas senyaman yang anda bisa, dan keluarkan sejalan dengan membaca tulisan ini.

1…
.
.
.
.
2…
.
.
.
.
3…
.
.
.
.
Baik sekaramg henbuskan keluar
.
.
.
.
1..
.
.
.
.
2…
.
.
.
.
3….
.
.
.
.
Okay bagus, pastinya anda tidak melakukannya dengan benar pada percobaan pertama, silahkan anda mengulang pengaturan nafas anda dengan hitungan diatas, namun dengan cara yang lebih rileks sebelum melanjutkan membaca ke bagian bawah tulisan ini.
1...
.
.
.
.
2…
.
.
.
.
3…
.
.
.
.
Baik sekarang hembuskan keluar
.
.
.
.
1...
.
.
.
.
2....
.
.
.
.
4…..
.
.
.
.

Okay, sekarang kita lihat seberapa fokuskah anda dengan perintah yang saya ucapkan?


Saya meminta anda untuk mencoba mengatur nafas anda dengan hitungan pertama, bukan hitungan kedua yang saya buat, atau bahkan sampai mengganti angka 4 dengan angka 3.

Begitu hebatnya otak anda dalam mencerna informasi, bahkan jika memang anda sampai mengganti angka 4 dengan angka 3 itu tandanya anda benar benar tertarik dengan apa yang akan saya sampaikan kali ini, atau Bahkan Karena sangat menariknya hingga membuat diri anda membaca typo hembuskan diatas dengan lancar tanpa ada masalah..

Atau jika memang anda benar benar orang yang membaca dengan detail, pasti anda akan menyadari bahwa saya menambahkan 1 titik pada hitungan ke 2 untuk menghembuskan nafas.

Tak masalah, itu hanya sebagian kecil intermezzo dari saya sebagai perwakilan psikologi. 😊

Sekarang Karena anda telah lebih fokus, kita mulai ceritanya.


Si Dungu


Baik, sebelum itu


Sekarang juga, saya minta anda untuk berimajinasi sejenak, bayangkan sebuah hutan yang benar - benar rimbun, nyaman, yang pernah anda bayangkan. Bayangkan ‘hawa’nya, bayangkan sejuknya, rasakan suara – suara burung dan imajinasikan ketika anda benar benar berada disana secara nyata. Anda boleh mengguanakan contoh visual hutan dibawah ini, dan sejenak menutup mata anda sebelum melanjutkan membaca tulisan ini.
BAYANGKAN ANDA BERADA DISANA



RASAKAN ANDA BENAR BENAR BERADA DISANA



PERINTAHKAN OTAK ANDA UNTUK FOKUS DAN BERIMAJINASI ANDA DI DALAM FOTO INI


Suatu waktu, ada sebuah kisah dimana ada kelaurga yang tinggal dipinggir hutan yang rimbun itu. Keluarga yang ditinggali oleh seorang ibu yang telah tua renta, dengan wajah dan pipi yang mulai mengkerut dan keriput, dan seorang anak laki – laki bernama “dungu”. Sejak ayahnya meninggal dunia, dungu menjadi pengganti bagi ayahnya dan merawat ibunya yang telah tua renta.

Pada suatu hari, Si Dungu berangkat kedalam hutan yang gelap itu untuk menangkap ayam liar yang banyak berkeliaran disana. Berangkatlah ia dengan membawa jerat sebanyak sepuluh buah dengan harapan akan mendapat banyak ayam keesokan harinya. Dua hari kemudian, ia kembali kedalam hutan dan begitu senangnya dia ketika melihat seluruh jerat yang ia buat telah terisi oleh ayam hutan, iya begitu senang hingga loncat – loncat kegirangan.

Namun dasar Si Dungu, setelah senang ia baru sadar tidak tahu kegunaan ayam ayam hasil tangkapannya itu. Ia pun melepaskan ayam ayam itu dan berkata :

“dengarkan aku ayam- ayam, aku lepaskan kalian kembali, dan sekarang pergilah kerumahku, temui ibuku dan minta makan dan minum kepada ibuku disana ya”

Setelah dilepas, ayam – ayam itupun berhamburan kedalam hutan.

Dengan hati senang, Si Dungu pulang dan menceritakan bahwa hari itu ia mendapat banyak sekali ayam hutan kepada ibunya.

“lalu dimana ayam hutan yang kau tangkap itu?” tanya ibunya.

“sudah kulepas, bu. Memangnya ayam itu tidak dating kemari untuk meminta makanan dan minum kepada ibu?”

“oh! Bukan begitu nak! Harusnya kau harus mengikatnya!” ujar ibunya yang kaget mendengar ucapan anaknya itu.

Keesokan harinya, Si Dungu pergi kembali kedalam hutan, Kali ini ia membawa tali rotan yang tebal nan kuat. Tiba di tengah hutan, ia melihat sarang lebah yang menggantung dan begitu besar pada dahan pohon. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengikat sarang lebah itu dengan kuat. Sontak, lebah lebah itu mengamung, menyengat Si Dungu dengan brutal sampai wajah dan kepalanya bentol – bentol. Kejadian itupun langsung ia sampaikan kepada ibunya ketika sampai dirumah.

“oh anakku, bukan begitu caranya. Harusnya dibakar” ujar ibunya memberi petunjuk

Di lain hari, Si Dungu pergi ke hutan lagi, kali ini ia membawa obor menyala. Setelah berjalan beberapa lama, dilihatnya seekor rusa yang tengah tertidur. Si Dungu mendekati rusa itu dan memperhatikan dengan seksama, lalu ia teringat dengan petunjuk ibunya.

“aku harus membakarnya pasti” ujarnya. Dengan cepat ia membakar rusa itu dengan obor yang ia pegang. Rusa itu terperanjat dan seketika itu juga lari terbirit birit. Kejadian kali ini pun Si Dungu ceritakan kepada ibunya sesampai dirumah.

“eeeeeeee.. anakku Si Dungu, bukan begitu caranya nak harusnya ditombak!” petunjuk ibunya lagi.

Si Dungu di lain hari lagi, pergi ketengah hutan dan yang dibawanya kali ini adalah sebuah tombak panjang dan begitu tajam. Ketika santainya ia berjalan, ia melihat dua orang sedang berkelahi. Teringat pesan ibunya, tanpa pikir panjang lagi ia langsung menombak mereka. Dan matilah kedua orang yang tengah berkelahi itu, hal inipun dilaporkan kepada ibunya.

Mendengar apa yang diceritakan anaknya, sang ibu begitu terkejut dan sangaat menyesal dan sedih atas perbuatan dan kebodohan anaknya itu. Sang ibupun memberikan nasihat lagi untuk Si Dungu.

“jika nanti kamu melihat ada yang berkelahi, nak. Bukannya ditombak, tapi kamu harus melerainya.”

“ya bu! Saya mengerti.” Ujar Si Dungu.

Keesokan harinya, Si Dungu kembali masuk kedalam hutan. Ia menyusuri hutan rimbun itu begitu dalam, dan mengumpulkan jamur untuk dibawa pulang. Ia memungut jamur mulai dari yang berwarna hijau, merah, yang menempel pada pohon, hingga yang begitu besar.

“wah jamur ini terlihat enak, ibu pasti bangga jika aku bawa semua ini pulang” ujarnya.

Ketika dalam perjalanan pulang, ia melihat dua ekor binatang anoa yang sedang beradu tanduk. Sontak Si Dungu teringat nasehat ibunya.

“tidak boleh berkelahi, tidak boleh dibunuh, harus dilerai!”

Seketika ia buang semua jamur yang tadi ia kumpulkan itu ke tanah, dan tanpa pikir panjang ia langsung berusaha melerai anoa yang sedang beradu tanduk itu.





Namun…














Apa yang terjadi ?


Kini Si Dungu justru menjadi bulan – bulanan kedua binatang itu, ia menjadi sasaran tanduk kedua binatang itu tanpa ampun, dan..


Seketika itu juga, Si Dungu terjatuh dengan tubuh penuh luka dan tewas seketika.

TAMAT



Demikian cerita rakyat tentang Si Dungu ini, bagaimana rasanya anda meluangkan waktu untuk berimajinasi dan tertawa canda dengan cerita rakyat ini?

apa yang ingin disampaikan dari cerita ini ialah, kebodohan memang selalu membawa kerugian, dan bahkan akan mendatangkan musibah, untuk itu, janganlah kita berhenti mencari ilmu agar tidak menjadi Si Dungu di masa sekarang ini.

Well that’s all for now. Sekian tugas ini saya tulis. Stay tune untuk bertemu dengan Moch. Dan Bach. Mereka sangat saying dengan pembaca yang begitu fokus dan antusias seperti anda. 😊

                                                                                                                                                                     Hormat saya



sumber :

Hidayat, Kidh. kumpulan cerita rakyat nusantara. 1999. CV. Pustaka Agung Harapan, Surabaya. 
                                                                                                                                                                                                                                                        G.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar