HI!
Selamat karna jika kamu pernah membaca blog terdahulu kami,
pasti udah ga asing lagi sama kita. Kami Moch, G., dan Bach hadir lagi, namun
pada mata kuliah yang berbeda. Jika sebelumnya kita bertemu pada IBD, maka kali
ini kita bertemu pada kolom IAD atau Ilmu alamiah dasar.
Tentunya masih sama seperti dulu.
Untuk pembuka halaman di tahun ini, saya sendiri (G.) akan
menyampaikan, menuliskan, menjabarkan, memberikan, dan pastinya sebagai laporan
tugas pertama ini akan membawakan materi pertama, yakni cerita rakyat.
Please stay alert.
Cerita Rakyat
Apasih cerita
rakyat itu? Cerita rakyat merupakan salah satu dari apa yang disebut folklore
(dalam antropologi), berisi tentang sebuah cerita yang tidak diketahui siapa
penulis/pembuatnya, namun dipercayai oleh masyarakat sekitar kebenarannya
dimana cerita rakyat itu berasal. Cerita yang biasanya mengisahkan tentang asal
usul suatu daerah, adat, hingga cerita yang hanya berisi wejangan dari
pendahulu kepada generasi yang baru. Salah satu dari cerita rakyat yang akan
saya ceritakan adalah cerita tentang “Si Dungu” yang berasal dari Sulawesi tenggara
atau masyarakat muna.
Si Dungu
Sebelum saya
mulai, mari kita tingkatkan fokus kita, dan mencoba berimajinasi sebentar di padatnya
waktu dan jaringan ini. Saya minta anda untuk mencoba mencari ruang yang tenang
dan memposisikan diri anda senyaman mungkin ketika membaca tulisan ini.
Baik kita mulai
Langkah pertama
saya minta anda menarik nafas senyaman yang anda bisa, dan keluarkan sejalan
dengan membaca tulisan ini.
1…
.
.
.
.
2…
.
.
.
.
3…
Baik sekaramg
henbuskan keluar
.
.
.
.
1..
.
.
.
.
2…
.
.
.
.
3….
.
.
.
.
Okay bagus,
pastinya anda tidak melakukannya dengan benar pada percobaan pertama, silahkan
anda mengulang pengaturan nafas anda dengan hitungan diatas, namun dengan cara
yang lebih rileks sebelum melanjutkan membaca ke bagian bawah tulisan ini.
1...
.
.
.
.
2…
.
.
.
.
3…
.
.
.
Baik sekarang
hembuskan keluar
.
.
.
.
1...
.
.
.
.
2....
.
.
.
.
4…..
.
.
.
.
Okay, sekarang
kita lihat seberapa fokuskah anda dengan perintah yang saya ucapkan?
Saya meminta
anda untuk mencoba mengatur nafas anda dengan hitungan pertama, bukan hitungan
kedua yang saya buat, atau bahkan sampai mengganti angka 4 dengan angka 3.
Begitu hebatnya
otak anda dalam mencerna informasi, bahkan jika memang anda sampai mengganti
angka 4 dengan angka 3 itu tandanya anda benar benar tertarik dengan apa yang
akan saya sampaikan kali ini, atau Bahkan Karena sangat menariknya hingga
membuat diri anda membaca typo hembuskan diatas dengan lancar tanpa ada
masalah..
Atau jika
memang anda benar benar orang yang membaca dengan detail, pasti anda akan
menyadari bahwa saya menambahkan 1 titik pada hitungan ke 2 untuk menghembuskan
nafas.
Tak masalah, itu
hanya sebagian kecil intermezzo dari saya sebagai perwakilan psikologi. 😊
Sekarang Karena anda
telah lebih fokus, kita mulai
ceritanya.
Si Dungu
Baik, sebelum
itu
Sekarang juga,
saya minta anda untuk berimajinasi sejenak, bayangkan sebuah hutan yang benar -
benar rimbun, nyaman, yang pernah anda bayangkan. Bayangkan ‘hawa’nya,
bayangkan sejuknya, rasakan suara – suara burung dan imajinasikan ketika anda
benar benar berada disana secara nyata. Anda boleh mengguanakan contoh visual
hutan dibawah ini, dan sejenak menutup mata anda sebelum melanjutkan membaca
tulisan ini.
BAYANGKAN ANDA BERADA DISANA |
RASAKAN ANDA BENAR BENAR BERADA DISANA |
PERINTAHKAN OTAK ANDA UNTUK FOKUS DAN BERIMAJINASI ANDA DI DALAM FOTO INI |
Suatu waktu, ada
sebuah kisah dimana ada kelaurga yang tinggal dipinggir hutan yang rimbun itu. Keluarga
yang ditinggali oleh seorang ibu yang telah tua renta, dengan wajah dan pipi
yang mulai mengkerut dan keriput, dan seorang anak laki – laki bernama “dungu”.
Sejak ayahnya meninggal dunia, dungu menjadi pengganti bagi ayahnya dan merawat
ibunya yang telah tua renta.
Pada suatu hari,
Si Dungu berangkat kedalam hutan yang gelap itu untuk menangkap ayam liar yang
banyak berkeliaran disana. Berangkatlah ia dengan membawa jerat sebanyak
sepuluh buah dengan harapan akan mendapat banyak ayam keesokan harinya. Dua hari
kemudian, ia kembali kedalam hutan dan begitu senangnya dia ketika melihat
seluruh jerat yang ia buat telah terisi oleh ayam hutan, iya begitu senang
hingga loncat – loncat kegirangan.
Namun dasar Si
Dungu, setelah senang ia baru sadar tidak tahu kegunaan ayam ayam hasil
tangkapannya itu. Ia pun melepaskan ayam ayam itu dan berkata :
“dengarkan aku
ayam- ayam, aku lepaskan kalian kembali, dan sekarang pergilah kerumahku, temui
ibuku dan minta makan dan minum kepada ibuku disana ya”
Setelah dilepas,
ayam – ayam itupun berhamburan kedalam hutan.
Dengan hati senang,
Si Dungu pulang dan menceritakan bahwa hari itu ia mendapat banyak sekali ayam
hutan kepada ibunya.
“lalu dimana
ayam hutan yang kau tangkap itu?” tanya ibunya.
“sudah kulepas,
bu. Memangnya ayam itu tidak dating kemari untuk meminta makanan dan minum
kepada ibu?”
“oh! Bukan begitu
nak! Harusnya kau harus mengikatnya!” ujar ibunya yang kaget mendengar ucapan
anaknya itu.
Keesokan harinya,
Si Dungu pergi kembali kedalam hutan, Kali ini ia membawa tali rotan yang tebal
nan kuat. Tiba di tengah hutan, ia melihat sarang lebah yang menggantung dan
begitu besar pada dahan pohon. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengikat sarang
lebah itu dengan kuat. Sontak, lebah lebah itu mengamung, menyengat Si Dungu
dengan brutal sampai wajah dan kepalanya bentol – bentol. Kejadian itupun
langsung ia sampaikan kepada ibunya ketika sampai dirumah.
“oh anakku,
bukan begitu caranya. Harusnya dibakar” ujar ibunya memberi petunjuk
Di lain hari, Si
Dungu pergi ke hutan lagi, kali ini ia membawa obor menyala. Setelah berjalan
beberapa lama, dilihatnya seekor rusa yang tengah tertidur. Si Dungu mendekati
rusa itu dan memperhatikan dengan seksama, lalu ia teringat dengan petunjuk
ibunya.
“aku harus
membakarnya pasti” ujarnya. Dengan cepat ia membakar rusa itu dengan obor yang
ia pegang. Rusa itu terperanjat dan seketika itu juga lari terbirit birit. Kejadian
kali ini pun Si Dungu ceritakan kepada ibunya sesampai dirumah.
“eeeeeeee.. anakku
Si Dungu, bukan begitu caranya nak harusnya ditombak!” petunjuk ibunya lagi.
Si Dungu di lain
hari lagi, pergi ketengah hutan dan yang dibawanya kali ini adalah sebuah
tombak panjang dan begitu tajam. Ketika santainya ia berjalan, ia melihat dua orang
sedang berkelahi. Teringat pesan ibunya, tanpa pikir panjang lagi ia langsung
menombak mereka. Dan matilah kedua orang yang tengah berkelahi itu, hal inipun
dilaporkan kepada ibunya.
Mendengar apa
yang diceritakan anaknya, sang ibu begitu terkejut dan sangaat menyesal dan
sedih atas perbuatan dan kebodohan anaknya itu. Sang ibupun memberikan nasihat
lagi untuk Si Dungu.
“jika nanti kamu
melihat ada yang berkelahi, nak. Bukannya ditombak, tapi kamu harus melerainya.”
“ya bu! Saya mengerti.”
Ujar Si Dungu.
Keesokan harinya,
Si Dungu kembali masuk kedalam hutan. Ia menyusuri hutan rimbun itu begitu
dalam, dan mengumpulkan jamur untuk dibawa pulang. Ia memungut jamur mulai dari
yang berwarna hijau, merah, yang menempel pada pohon, hingga yang begitu besar.
“wah jamur ini
terlihat enak, ibu pasti bangga jika aku bawa semua ini pulang” ujarnya.
Ketika dalam
perjalanan pulang, ia melihat dua ekor binatang anoa yang sedang beradu tanduk.
Sontak Si Dungu teringat nasehat ibunya.
“tidak boleh
berkelahi, tidak boleh dibunuh, harus dilerai!”
Seketika ia buang
semua jamur yang tadi ia kumpulkan itu ke tanah, dan tanpa pikir panjang ia
langsung berusaha melerai anoa yang sedang beradu tanduk itu.
Namun…
Apa yang terjadi
?
Kini Si Dungu
justru menjadi bulan – bulanan kedua binatang itu, ia menjadi sasaran tanduk
kedua binatang itu tanpa ampun, dan..
Seketika itu
juga, Si Dungu terjatuh dengan tubuh penuh luka dan tewas seketika.
TAMAT
Demikian cerita
rakyat tentang Si Dungu ini, bagaimana rasanya anda meluangkan waktu untuk
berimajinasi dan tertawa canda dengan cerita rakyat ini?
apa yang ingin
disampaikan dari cerita ini ialah, kebodohan memang selalu membawa kerugian, dan
bahkan akan mendatangkan musibah, untuk itu, janganlah kita berhenti mencari
ilmu agar tidak menjadi Si Dungu di masa sekarang ini.
Well that’s all
for now. Sekian tugas ini saya tulis. Stay tune untuk bertemu dengan Moch. Dan Bach.
Mereka sangat saying dengan pembaca yang begitu fokus dan antusias seperti
anda. 😊
Hormat saya
sumber :
Hidayat, Kidh. kumpulan cerita rakyat nusantara. 1999. CV. Pustaka Agung Harapan, Surabaya.
G.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar